Oleh: Danang Probotanoyo
Termuat di Harian Joglosemar, Medio: Agustus 2015 |
Dul Kenthut dan Jim Belong bersahabat
sejak mahasiswa di Jogja. Meski bersahabat, mereka kerap cekcok juga. Apalagi
Si Dul Kenthut memiliki sifat jahil yang tak ketulungan. Berulangkali Dul
Kenthut membuat Jim Belong dongkol. Tapi kedongkolan itu biasanya hanya sekejap
dan tak pernah dimasukkan ke dalam hati. Makanya persahabatan mereka awet
hingga keduanya lulus kuliah, bekerja dan menikah. Keduanya tetap tinggal di
kota Jogja. Jim Belong bekerja di perusahaan ekspor-impor. Sedangkan Dul
Kenthut sebagai dosen di sebuah PTS. Dul Kenthut hidup terpisah dengan istrinya
yang sedang PTT di Pontianak. Tak heran setiap Dul Kenthut mendapat undangan
manten, ia mengajak Jim Belong.
Seperti di minggu pagi itu, Dul Kenthut
menyambangi rumah Jim Belong. Ia berkemeja batik lengkap dengan sepatu. Berkatalah
Dul Kenthut, “Jim temani aku njagong manten, yuk!” Singkat cerita, Jim Belong
telah berada di dalam mobil Dul Kenthut. “Wah, kemajuan, sekarang naik mobil,” Jim
Belong menggoda. “Masa motoran terus,” balas Dul Kenthut. Di tengah jalan Dul
Kenthut berhenti di sebuah mini market, membeli dua botol air minum. “Lho untuk
apa beli air minum? Bukankah di tempat jagong nanti kita bisa makan dan minum
sepuasnya?” tanya Jim Belong. “Sudah diam
saja,” jawab Dul Kenthut cuek. Lima belas menit kemudian sampailah mereka di
pelataran TVRI Jogja yang setiap minggu dipakai ajang jual beli mobil bekas.
“Ah, sialan, ini sih bukan nemenin kamu jagong manten, tapi nemenin kamu
makelaran mobil!” Dul Kenthut tertawa terbahak-bahak, untuk kesekian kalinya
berhasil mengerjain Jim Belong.
*Nama tokoh diganti oleh redaktur Joglosemar