sumber gambar:wwwfblogs |
Kalau ditanya: binatang apa yang paling
menyita perhatian Bangsa Indonesia saat ini? Jawabnya tentu Varanus
Komodoensis alias Komodo. Ya, Komodo sekarang sedang naik daun berkat
adanya dua perhelatan di tingkat dunia maupun di level Asia Tenggara.
Adalah lembaga New7 Wonder Foundation yang beralamatkan di Zurich,
Swiss, sebagai penyelenggara event bertajuk New7 Wonder of Nature
( tujuh keajaiban alam yang baru), dimana Komodo dari Indonesia sampai sejauh
ini sudah masuk dalam daftar 10 besar dunia. Meskipun terdapat pro kontra terhadap
kredibilitas lembaga penyelenggaranya, paling tidak “event” tersebut
turut melambungkan nama Komodo itu sendiri. Kedua, adanya event olah raga dua
tahunan bagi bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara (SEA Games), dimana pada
penyelenggaraan ke XXVI kali ini, Indonesia berkedudukan sebagai tuan rumah
yang mengambil lokasi penyelenggaraan di Palembang dan Jakarta.
Pemilihan Komodo – yang diberi nama Modo dan Modi—oleh pihak Indonesia
SEA Games Organizing Committee ( INASOC) sebagai maskot SEA Games
2011 sangatlah tepat. Disini terjadi efektifitas kerja yang cerdas,
karena ada dual promotion bagi Komodo dalam waktu yang berbarengan.
Sebegitu
pentingkah hewan Komodo bagi Bangsa Indonesia? Bukankah Indonesia
memiliki begitu banyak binatang yang tidak kalah eksotik dan langka dibanding
Komodo? Sebagai negara di daerah tropis, dengan alamnya yang subur dan
berhutan-hutan, Indonesia memang termasuk sedikit negara di dunia
ini yang memiliki diversitas flora-fauna yang kaya. Di antara ribuan spesies
binatang yang dimiliki Indonesia, Komodo memang memiliki posisi yang
istimewa. Pertama, Komodo merupakan spesies langka peninggalan jaman Jurassic
– sekitar 150-200 juta tahun yang lalu – yang masih hidup di Bumi hingga kini.
Kedua, Bangsa Indonesia wajib bersyukur karena meskipun dunia ini
sangatlah luas, ternyata Komodo tidak dijumpai di lain tempat kecuali di
Indonesia. Komodo hanya ditemukan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT),
tepatnya di Pulau Komodo, dan beberapa pulau kecil disekitarnya.
Perjuangan menjadikan
Komodo sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia hendaknya didukung oleh
semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali Presiden SBY maupun Wakil
Presiden Boediono dalam beberapa kesempatan memberi himbauan supaya masyarakat
mendukung Komodo melalui Vote Komodo ke nomor 9818. Bila akhirnya Komodo
menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia dan menglobal, dampaknya tentu
akan positif bagi Bangsa Indonesia. Ke depan bisa diprediksi akan terjadi
banjir wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia untuk berkunjung
ke NTT dan melihat secara langsung hewan Komodo di habitatnya yang asli.
Seperti diketahui hingga saat ini proyeksi kunjungan wisman ke Indonesia kurang
tersebar merata. Rata-rata mereka hanya “familiar” dengan Pulau
Bali dan Keraton Yogyakarta. Padahal, bila akhirnya Komodo mendunia
akan terjadi imbas positif, setidaknya Komodo bisa menjadi Ikon bagi Negara
Indonesia dalam multi purpose dan semakin menancapkan image: Komodo
adalah Indonesia dan Indonesia adalah Komodo. Ini akan persis dengan Australia
yang dikenal sejagad sebagai Benua Kangguru, atau Panda sebagai ikon khas
negeri China. Ini opportunity, karena di dunia ini sangat jarang
ada negara yang memiliki fauna khas yang sekaligus bisa menjadi ikon ataupun “brand”
bagi bangsanya, kecuali Australia dan China. Bahkan, Thailand yang
terkenal dengan julukan Negeri Gajah Putih tidak bisa serta merta mengklaim
dirinya “pure” sebagai Negeri Gajah, karena faktanya binatang Gajah
tersebar luas dari Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Begitupun Brasil, tidak mungkin menjadikan Ular Anaconda sebagai ikon
negerinya, karena faktanya Anaconda bebas bermigrasi ke negara tetangga Brasil
yang dilalui sungai Amazon, sehingga Anaconda menjadi milik beberapa negara.
Lagi pula Anaconda memiliki banyak kemiripan dengan Ular Piton maupun Ular
Sanca yang tersebar luas di seluruh dunia.
Bila dikaitkan
dengan situasi perpolitikan Indonesia saat ini, Komodo pun seakan
memiliki nilai yang sangat unik serta “menentukan”. Sekedar
mengingat, pada reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II yang baru lalu
memunculkan sedikit polemik pada individu menteri-menteri yang saat ini
sedang “berurusan” dengan Komodo. Pertama, pada Kementerian Pemuda
dan Olah raga, di bawah Andi Malarangeng, sedang dibelit kasus dugaan suap
pembangunan wisma atlit untuk penyelenggaraan SEA Games kali ini—dengan tokoh
sentralnya Nazarudin. Publik menjadi terheran-heran, manakala
posisi Andi Malarangeng ternyata tidak tergantikan pada reshuffle
yang lalu, meskipun Kementeriannya sedang ada masalah. Mau tak mau Andi
Malarangeng sebagai Menpora harus mampu menghapus kesan minor yang
terlanjur hinggap di kementeriannya, yaitu dengan menjadikan Komodo “Modo
dan Modi” berjaya dan menjadi juara umum pada SEA Games kali ini. Polemik
kedua adalah terpilihnya kembali Menteri Mari Elka Pangestu (MEP) yang semasa
menjabat sebagai Menteri Perdagangan menuai banyak kontroversi dengan
terjadinya banjir produk impor aneka kebutuhan pokok ke Indonesia.
Lagi-lagi Presiden SBY dalam reshufflenya kemarin bikin “hatrick” dengan
mengejutkan banyak pihak. Pasalnya SBY ternyata masih mempercayai MEP
untuk duduk dikabinetnya, sekedar yang bersangkutan hanya berseser posisi dari
Menteri Perdagangan ke Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Bagi MEP
tiada cara lain guna menebus segala “kekurangannya” dimasa lalu, kecuali
dengan cara menjadikan Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia.
Nampak menggelikan, dua menteri SBY yang tengah menjadi sorotan publik tersebut
nasib kedepannya benar-benar “ditentukan” oleh binatang Komodo. Seribu lebih
atlit dan ofisial Indonesia yang akan bertanding di SEA Games nantinya harus
all out agar si Komodo “Modo dan Modi” bisa berjaya dan menjadi juara umum
melalui raihan medali. Begitupun 240 juta rakyat Indonesia sisanya turut
berjuang demi kejayaan Komodo melalui pijitan jempolnya di keypad hapenya
masing-masing. (Medio, November 2011)