Berpikir-Menulis

Berpikir-Menulis

Sabtu, 10 Januari 2015

Lensa Kamar Putih Fariz R.M.



Oleh: Danang Probotanoyo
Kau bawa diri dalam khayal lensa kamar putih/Pengisi sepi akrab selama ini/Berjalan kaku tak sanggup berlagu/Berjuta harta terkubur dibawah sadarmu/Wajahmu tak lagi cerah ayu, berganti sendu/Tubuh yang menuntut tak kompromi tak mau tahu/Kau jual diri sebagai pengganti jenuh dan frustrasi/Membiarkan racun datang mengabdi untuk meronta/Terlentang tak sadar di dalam lensa kamar putih/Mencari mimpi yang tiada berarti/Tenggelam kenyataan hidup ini dalam semu/Mencoba lupakan yang lalu...
(Lensa Kamar Putih, Fariz RM/1984)


Esai Saya di KORAN TEMPO, Medio: Januari 2015
       Itulah baris-baris lirik lagu berjudul “Lensa Kamar Putih” yang hits di sejumlah radio nasional pada medio pertengahan 1984. Pelantunnya adalah Fariz Roestam Moenaf, yang akrab dipanggil Fariz RM, seorang musisi multi instrumentalis, komposer, arranger sekaligus singer. Remaja era  80-an sangat mengidolakan sosok Fariz RM. Bukan hanya kepiawaiannya bermain musik, tapi wajah tampannya sangat digila-gilai para gadis di era 80-an. Fariz RM banyak disebut salah satu pembaharu musik pop modern Indonesia. Bersama komunitas pemusik di Pegangsaan, seperti Chrisye (alm), Jockey Suryoprayogo dan Keenan Nasution, Fariz mengubah haluan musik Indonesia dari musik-musik “mainstream mellow”, menjadi musik dinamis, modern dan keren. Orang zaman dulu bilang “musik gedongan”. Fariz RM menyeruak diantara musik-musik melodius-mendayu ala Rinto Harahap, Pance Pondaag, Obbie Mesakh dan lain-lain. Solo karier perdananya membuat kehebohan publik musik Indonesia. Di awal tahun 1980 itu, Fariz RM mencuat dengan albumnya “Sakura”. “Sakura” bukanlah album biasa. Fariz RM memiliki referensi bermusik yang sangat bagus dalam meramu “Sakura”. “Sakura” menyuguhkan musik-musik danceable yang tak lazim di zaman itu. Ada warna disco ala “Saturday Night Fever” dari The Bee Gees. Juga sentuhan rock n roll, blues dan jazz ala Al Jerreau, Genesis hingga Earth Wind and Fire. Komplit! Lebih gilanya lagi, album Sakura digarap Fariz RM hanya seorang diri di studio rekaman. Seluruh instrumen musik Ia mainkan seorang diri, begitupun urusan teknis rekaman lainnya. Tak urung, Fariz RM menjadi fenomenal saat itu. “Anak ajaib” atau “anak jenius” sempat disematkan media kepada Fariz RM. Kepeloporan itu menjadi satu-satunya di Indonesia hingga kini. Belum pernah ada dalam catatan seorang musisi membuat album rekaman begitu total seperti halnya Fariz RM di album “Sakura” itu. Fariz RM pun menjadi kiblat poros musik tertentu di Indonesia. Muncullah terminologi “Pop Progresif” atau “Pop Kreatif” sebagai penunjuk jenis musik yang dimainkan Fariz RM. Kemasyuran Fariz RM membuat dirinya banyak diajak dalam berbagai kolaborasi musik. Tercatat Fariz RM menggawangi aneka band berbeda waktu itu, seperti: Badai Band, SYMPHONY, WOW!, Jakarta Rhythm Section, GIF, Transs, Superdigi dan entah berapa lagi? Selain main band dengan banyak grup, Fariz RM pun kebanjiran order  mencipta lagu, berpasangan duet nyanyi hingga mengaransir musik bagi banyak penyanyi. Dari Iis Sugianto, Ari Koesmiran, Andi Meriem Matalatta, Ebiet G. Ade hingga Vina Panduwinata pernah memakai jasa Fariz RM dalam berbagai keahliannya. 
Esai saya di KORAN TEMPO, medio: Januari'15

       Seperti kata pepatah, sesuatu yang ada di dunia tiada yang abadi. Ada pasang ada surut. Begitupun yang terjadi pada diri Fariz RM. Perlahan namun pasti, kariernya meredup di pertengahan 90-an. Fariz RM pun “menghilang” bak ditelan Bumi. Tiba-tiba “muncul kembali” di tahun 2007. Masih menimbulkan kehebohan sebagaimana kemunculannya di tahun 1980 itu. Bedanya, di tahun 1980, Fariz RM mengguncang publik musik Indonesia dengan suguhan musik yang melompat melampaui zamannya. Tahun 2007, Fariz RM mengguncang publik dengan penangkapan dirinya karena tersangkut narkoba! Ya, saat itu Fariz RM terpaksa mendekam di sel karena kepemilikan ganja. Dengan kebijakan para hakim pengadilan yang menyidangkannya, Fariz RM “diampuni” dan dirujuk agar direhabilitasi dari ketergantungan pada narkoba. Selepas itu, Fariz RM bak terlahir kembali. Ia justru semakin sering tampil di panggung-panggung maupun layar kaca daripada sebelum terciduk aparat karena narkoba. Berbagai raihan prestasi sempat Ia dulang lagi bak era keemasannya dulu. Salah satu yang prestisius adalah Fariz RM dinobatkan Majalah Rolling Stone sebagai salah satu dari “25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Sejarah” atau “The Immortals” (Yang abadi) di tahun 2008. Nyaris sejak keluar dari sel di awal 2008 hingga Desember 2014, Fariz RM tanpa jeda main musik di mana-mana.
      Dan, roda pun berputar ulang. Tanggal 6 Januari 2015, selang sehari setelah dirinya merayakan ulang tahun ke-56, Fariz RM kembali ditangkap polisi di rumahnya. Oleh Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, dirinya disangka menggunakan narkoba jenis heroin, ganja, dan sabu. Apa yang ada dalam lirik lagu “Lensa Kamar Putih” milik Fariz RM di awal tulisan ini, memberi gambaran bahwa narkoba nyata dalam meracuni, mengubur dan menenggelamkan para pemakainya. Bakat, karakter, harta serta raga semua tergadaikan demi mimpi semu yang ditawarkan narkoba. Kiranya tepat, apa yang disampaikan Presiden Jokowi dalam kuliah umumnya di UGM (9/12) bahwa negeri ini berada dalam darurat narkoba. Jokowi pun bertekad memerangi narkoba dengan tidak memberikan grasi pada pengedar narkoba.  
Danang Probotanoyo, Centre for Indonesia Reform Studies, Alumni UGM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar