Oleh: Danang Probotanoyo
Kau bawa diri dalam khayal lensa kamar putih/Pengisi sepi akrab selama
ini/Berjalan kaku tak sanggup berlagu/Berjuta harta terkubur dibawah
sadarmu/Wajahmu tak lagi cerah ayu, berganti sendu/Tubuh yang menuntut tak
kompromi tak mau tahu/Kau jual diri sebagai pengganti jenuh dan
frustrasi/Membiarkan racun datang mengabdi untuk meronta/Terlentang tak sadar
di dalam lensa kamar putih/Mencari mimpi yang tiada berarti/Tenggelam kenyataan
hidup ini dalam semu/Mencoba lupakan yang lalu...
(Lensa Kamar Putih, Fariz RM/1984)
Esai Saya di KORAN TEMPO, Medio: Januari 2015 |
Itulah baris-baris lirik lagu berjudul
“Lensa Kamar Putih” yang hits di sejumlah radio nasional pada medio pertengahan
1984. Pelantunnya adalah Fariz Roestam Moenaf, yang akrab dipanggil Fariz RM,
seorang musisi multi instrumentalis, komposer, arranger sekaligus singer.
Remaja era 80-an sangat mengidolakan
sosok Fariz RM. Bukan hanya kepiawaiannya bermain musik, tapi wajah tampannya
sangat digila-gilai para gadis di era 80-an. Fariz RM banyak disebut salah satu
pembaharu musik pop modern Indonesia. Bersama komunitas pemusik di Pegangsaan,
seperti Chrisye (alm), Jockey Suryoprayogo dan Keenan Nasution, Fariz mengubah
haluan musik Indonesia dari musik-musik “mainstream mellow”, menjadi musik
dinamis, modern dan keren. Orang zaman dulu bilang “musik gedongan”. Fariz RM menyeruak diantara musik-musik melodius-mendayu
ala Rinto Harahap, Pance Pondaag, Obbie Mesakh dan lain-lain. Solo karier
perdananya membuat kehebohan publik musik Indonesia. Di awal tahun 1980 itu,
Fariz RM mencuat dengan albumnya “Sakura”. “Sakura” bukanlah album biasa. Fariz
RM memiliki referensi bermusik yang sangat bagus dalam meramu “Sakura”. “Sakura”
menyuguhkan musik-musik danceable
yang tak lazim di zaman itu. Ada warna disco ala “Saturday Night Fever” dari The Bee Gees. Juga sentuhan rock n roll,
blues dan jazz ala Al Jerreau, Genesis hingga Earth Wind and Fire. Komplit!
Lebih gilanya lagi, album Sakura digarap Fariz RM hanya seorang diri di studio
rekaman. Seluruh instrumen musik Ia mainkan seorang diri, begitupun urusan
teknis rekaman lainnya. Tak urung, Fariz RM menjadi fenomenal saat itu. “Anak
ajaib” atau “anak jenius” sempat disematkan media kepada Fariz RM. Kepeloporan
itu menjadi satu-satunya di Indonesia hingga kini. Belum pernah ada dalam
catatan seorang musisi membuat album rekaman begitu total seperti halnya Fariz
RM di album “Sakura” itu. Fariz RM pun menjadi kiblat poros musik tertentu di
Indonesia. Muncullah terminologi “Pop Progresif” atau “Pop Kreatif” sebagai
penunjuk jenis musik yang dimainkan Fariz RM. Kemasyuran Fariz RM membuat
dirinya banyak diajak dalam berbagai kolaborasi musik. Tercatat Fariz RM
menggawangi aneka band berbeda waktu itu, seperti: Badai Band, SYMPHONY, WOW!,
Jakarta Rhythm Section, GIF, Transs, Superdigi dan entah berapa lagi? Selain
main band dengan banyak grup, Fariz RM pun kebanjiran order mencipta lagu, berpasangan duet nyanyi hingga
mengaransir musik bagi banyak penyanyi. Dari Iis Sugianto, Ari Koesmiran, Andi
Meriem Matalatta, Ebiet G. Ade hingga Vina Panduwinata pernah memakai jasa
Fariz RM dalam berbagai keahliannya.
Esai saya di KORAN TEMPO, medio: Januari'15 |
Seperti kata pepatah, sesuatu yang ada
di dunia tiada yang abadi. Ada pasang ada surut. Begitupun yang terjadi pada
diri Fariz RM. Perlahan namun pasti, kariernya meredup di pertengahan 90-an.
Fariz RM pun “menghilang” bak ditelan Bumi. Tiba-tiba “muncul kembali” di tahun
2007. Masih menimbulkan kehebohan sebagaimana kemunculannya di tahun 1980 itu.
Bedanya, di tahun 1980, Fariz RM mengguncang publik musik Indonesia dengan
suguhan musik yang melompat melampaui zamannya. Tahun 2007, Fariz RM
mengguncang publik dengan penangkapan dirinya karena tersangkut narkoba! Ya,
saat itu Fariz RM terpaksa mendekam di sel karena kepemilikan ganja. Dengan
kebijakan para hakim pengadilan yang menyidangkannya, Fariz RM “diampuni” dan
dirujuk agar direhabilitasi dari ketergantungan pada narkoba. Selepas itu,
Fariz RM bak terlahir kembali. Ia justru semakin sering tampil di
panggung-panggung maupun layar kaca daripada sebelum terciduk aparat karena
narkoba. Berbagai raihan prestasi sempat Ia dulang lagi bak era keemasannya
dulu. Salah satu yang prestisius adalah Fariz RM dinobatkan Majalah Rolling
Stone sebagai salah satu dari “25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Sejarah”
atau “The Immortals” (Yang abadi) di tahun 2008. Nyaris sejak keluar dari sel
di awal 2008 hingga Desember 2014, Fariz RM tanpa jeda main musik di mana-mana.
Dan, roda pun berputar ulang. Tanggal 6
Januari 2015, selang sehari setelah dirinya merayakan ulang tahun ke-56, Fariz
RM kembali ditangkap polisi di rumahnya. Oleh Satuan Reserse Narkoba Kepolisian
Resor Metro Jakarta Selatan, dirinya disangka menggunakan narkoba jenis heroin,
ganja, dan sabu. Apa yang ada dalam lirik lagu “Lensa Kamar Putih” milik Fariz
RM di awal tulisan ini, memberi gambaran bahwa narkoba nyata dalam meracuni,
mengubur dan menenggelamkan para pemakainya. Bakat, karakter, harta serta raga
semua tergadaikan demi mimpi semu yang ditawarkan narkoba. Kiranya tepat, apa
yang disampaikan Presiden Jokowi dalam kuliah umumnya di UGM (9/12) bahwa
negeri ini berada dalam darurat narkoba. Jokowi pun bertekad memerangi narkoba
dengan tidak memberikan grasi pada pengedar narkoba.
Danang Probotanoyo, Centre for Indonesia Reform Studies,
Alumni UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar