Berpikir-Menulis

Berpikir-Menulis

Kamis, 10 Januari 2013

Paradox Marketing, Fusi Dua Kutub Guna Mendongkrak Penjualan


Data Buku:
Resensi Saya dimuat di KORAN JAKARTA, Januari 2013
Judul Buku : Paradox Marketing,                          Unusual Way To  Win Penerbit      : PT Gramedia Pustaka                        Utama
Penulis        : Arief Yahya
Terbit         : I, Desember 2012
Tebal           : XIII+210
ISBN           : 978-979-22-9120-9

  
     Aristoteles berkata, “satu-satunya yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri.” Maknanya: segala yang ada di dunia ini senantiasa berubah, tak terkecuali dunia bisnis. Perilaku konsumen juga selalu berubah dari waktu ke waktu. Terlebih di era sekarang, dimana konsumen begitu mudah mendapatkan informasi dari segala penjuru tentang suatu produk atau pelayanan.
     Antisipasinya, produsen cq bagian pemasaran tidak bisa lagi hanya mengandalkan teori-teori customer behavior yang selama ini jadi acuan strategi pemasaran produk dan jasa. Perlu perubahan strategi pemasaran yang up to date yang sesuai dengan perilaku konsumen saat ini. Diperlukan pula terobosan-terobosan konsep pemasaran yang tidak konvensional  mengingat tingkat persaingan yang sudah di level hyper competition.
      Salah satu terobosan konsep yang “tak lazim” dalam dunia marketing adalah menggabungkan unsur-unsur pemasaran yang saling bertolak-belakang, kontradiktif atau bersifat paradox antara satu dengan yang lainnya menjadi sebuah formulasi pemasaran yang unik. Penggagasnya adalah Arief Yahya yang sekaligus sebagai penulis  buku ini.  Oleh Arief konsep baru tersebut dinamakan: Paradox Marketing.  Secara garis besar, Paradox Marketing merupakan konsep marketing yang memanfaatkan polaritas unsur  4P yaitu: Product, Price, Placement, and Promotion. Dalam empat pilar pemasaran tersebut setidaknya terdapat dua kutub (polar) yang bisa menciptakan kombinasi unik dalam penentuan strategi dan implementasi Paradox Marketing. Empat pilar beserta dua kutub yang dimaksud: Place (Private-Public), Product (Enterprise-Consumer), Price (Wholesale-Retail) dan Promotion (Social-Personal). Ini merupakan sebuah pendekatan yang tak biasa (unusual) dalam pemasaran sebuah produk ataupun jasa namun mampu menciptakan hasil yang luar biasa. Setidaknya itu telah dibuktikan Arief Yahya sewaktu menjabat sebagai Direktur Enterprise and Wholesale di perusahaan telekomunikasi terbesar di tanah air: PT Telkom Indonesia Tbk. Pilar pertama dalam implementasi Paradox Marketing adalah membuat produk yang bersifat private menjadi produk untuk semua kalangan (public). Strategi ini bertujuan membuat produk yang lazimnya bersifat terbatas untuk kalangan tertentu saja menjadi dapat diakses oleh sebanyak mungkin pelanggan. Hal ini dapat dicapai dengan memperbesar akses konsumen terhadap produk dengan cara membuat produk atau layanan mudah didapatkan dan dengan harga yang terjangkau sebagian besar kalangan (hal 87). Dari sisi pelanggan hal ini jelas menguntungkan, sebab terjadi  penurunan harga dan peningkatan ketersediaan produk atau layanan. Sekilas ini tak menguntungkan bagi perusahaan sebab terjadi penurunan pendapatan per unit secara signifikan. Namun, dibalik strategi yang paradox tersebut, perusahaan tetap dapat value dari jumlah pelanggan atau konsumen yang meningkat drastis. Dengan kata lain marginnya makin kecil tapi dalam jumlah yang sangat banyak. Pilar kedua Paradox Marketing adalah melayani pelanggan perorangan layaknya pelanggan korporasi. Maksudnya adalah memberi sesuatu yang bersifat solusi namun dengan biaya murah dan dalam waktu yang cepat. Kuncinya adalah mengelompokkan pelanggan dengan kebutuhan yang serupa, sehingga solusi yang dikembangkan untuk pelanggan yang banyak sekaligus, sehingga bisa menekan biaya. Strategi ini bisa dijalankan sebaliknya, yakni melayani pelanggan korporat layaknya pelanggan personal. Pilar ketiga Paradox Marketing adalah Price antara pelanggan wholesale dan retail. Hal yang umum terjadi adalah pelanggan membeli dengan volume banyak akan mendapat harga yang murah. Sebaliknya pelanggan yang membeli dengan kuantitas kecil akan mendapat harga yang lebih mahal per satuannya. Dalam Paradox Marketing rumus umum penjualan grosir dan ritel tadi bisa berlaku sebaliknya. Caranya dengan pembagian hasil (revenue sharing) dengan komitmen volume (hal 94). Pilar ke empat Paradox Marketing adalah Promotion, antara Social-Personal. Strategi promosi biasanya membedakan antara target komunitas dan target untuk personal. Dalam Paradox Marketing justru target untuk komunitas dibuatkan materi promosi yang personal demikian pula sebaliknya. Tujuannya mendapatkan pelanggan yang akan aktif secara jangka panjang dan menarik kawan-kawan pelanggan agar aktif di social media dalam hal berinteraksi dengan perusahaan (hal 100).



      Paradox Marketing bukanlah konsep teoritis yang ada di angan-angan penulisnya, melainkan konsep yang sangat aplikatif dan telah di implementasikan Arief Yahya di PT Telkom. Hasilnya terlihat dari peningkatan pendapatan dan aset PT Telkom beberapa tahun terakhir ini. Tak salah bila Hermawan Kartajaya, selaku Presiden of World Marketing Association, berdecak kagum terhadap ide Arief Yahya ini dan berkata, “Wah, ini ide luar biasa! Ide gila!” (hal VII).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar